Secara tradisional, cincau dipercaya
sebagai penurun panas badan, obat demam, obat panas dalam, obat sakit
perut (mual), obat diare, pencegah gangguan pencernaan. Penelitian
ilmiah pun menambah daftar panjang khasiatnya. Salah satunya sebagai
antikanker.
|
Daun Cincau |
Siapa yang tak kenal cincau? Di siang yang terik atau saat buka
puasa, sajian yang satu ini jadi pilihan yang menyegarkan. Kata cincau
sendiri berasal dari dialek Hokkian sienchau (xiancao) yang lazim
dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau sendiri di
bahasa asalnya sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang
menjadi bahan pembuatan gel ini.
Di Indonesia, ada dua jenis cincau. Yang pertama adala cincau hitam
yang lazim dijual sebagaimana di Cina, Korea, pun negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Yang kedua adalah cincau hijau yang banyak diproduksi
di Bandung, Jawa Barat. Di Bandung cincau hijau disebut juga camcau.
Kini penjualan es camcau Bandung sudah menyebar ke mana-mana terlebih di
Jawa.
Di negara-negara maju, seperti di Jepang atau Korea, cincau yang satu
ini sudah diproduksi menjadi ekstrak bubuk siap pakai untuk membuat
jeli cincau sendiri di rumah. Namun ada pula yang dikemas kalengan yang
siap ditambahkan dalam minuman atau dessert segar. Lebih beruntung kita
di Indonesia karena dengan mudah mendapatkan cincau segar di pasaran.
Cincau memang tak berumur panjang, dalam 2-3 hari ia bisa mencair
terlebih cincau hijau. Tapi, dalam teknologi pangan, usaha untuk membuat
bubuk cincau kini banyak juga dilakukan oleh cendekiawan kita. Suatu
saat, usaha ini tentu akan diterima masyarakat kita.
Cincau paling banyak digunakan sebagai komponen utama minuman
penyegar (misalnya dalam es cincau atau es campur). Dilaporkan juga
cincau memiliki efek penyejuk serta peluruh (diuretik). Cincau hitam dan
cincau hijau, keduanya berbeda dalam hal warna, cita-rasa, penampakan,
bahan baku, dan cara pembuatan. Tapi, kedua cincau tersebut rasanya
enak, kenyal, dan hampir menyerupai agar-agar.
|
Jelly Cincau |
Tradisional
Bahan baku utama cincau hitam adalah tanaman yang di Jawa dikenal dengan
nama janggelan (Mesona palustris BL). Di Cina, bahan baku cincau hitam
adalah ekstrak daun Mesona procumbens H. yang telah dikeringkan,
bentuknya mirip janggelan. Tanaman janggelan merupakan tanaman perdu,
tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 150-1.800 meter dari permukaan
laut.
Pohon janggelan yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan
cara menghamparkannya di atas permukaan tanah, hingga warnanya berubah
dari hijau menjadi cokelat tua. Tanaman cincau yang telah kering inilah
yang merupakan bahan baku utama pembuatan cincau hitam.
Untuk membentuk gel (cincau yang sudah jadi), ekstrak janggelan harus
ditambahkan pati (tepung), kemudian dipanaskan sambil diaduk dengan
cepat hingga mendidih dan membentuk adonan yang jernih. Adonan tersebut
selanjutnya dituang ke dalam cetakan, kemudian didinginkan pada suhu
kamar sampai terbentuk gel. Cincau yang ditambahkan dengan pati gandum
dapat menghasilkan gel yang lebih baik dibandingkan dengan pati jagung
ataupun tapioka.
|
Pohon Cincau, Cyclea barbata L Miers |
|
Pohon Cincau, [Cyclea barbata L Miers] |
Proses ekstraksi janggelan dilakukan dengan perebusan. Pada tahap ini
beberapa jenis mineral sering kali ditambahkan untuk meningkatkan
rendemen ekstrak dan kekuatan gel. Di Indonesia, mineral yang sering
digunakan oleh para pengrajin adalah abu qi, sedangkan di Cina mineral
yang biasa ditambahkan pada saat ekstraksi adalah natrium, dalam bentuk
natrium bikarbonat atau natrium karbonat.
Abu qi adalah bentukan modern dari air qi. Secara tradisional air qi
atau londo merang (bahasa Jawa) dibuat dari abu tangkai padi yang sudah
direndam sebelumnya dalam air kemudian disaring. Komponen utama abu qi
adalah Na, K, dan Ca. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bahwa yang
banyak dijual sebagai abu qi banyak mengandung borax.
Pada beberapa penelitian disebutkan juga bahwa gel cincau hitam yang
berkualitas baik dapat dibuat tanpa penambahan abu qi pada saat
ekstraksi. Namun sebagai konsekuensinya, waktu yang diperlukan untuk
ekstraksi menjadi lebih lama.
Dalam ajaran nenek moyang, sebenarnya membuat cincau sangatlah mudah
dengan hanya meremas-remas daun cincau itu. Hal itu masih dilakukan saat
membuat cincau hijau, orang Bandung biasa menyebutnya camcau. Cincau
hijau dibuat dari daun cincau yang bernama latin Cyclea barbata L Miers.
Tanaman asli Asia Tenggara ini termasuk dalam suku sirawan-sirawanan
(manispermaceae), biasa disebut orang Sunda, tarawulu, trewulu, camcauh.
Tanaman ini baik di Sunda atau Jawa, dulu kerap menjadi tanaman pagar.
Di Jawa Barat masih dapat kita jumpai tanaman ini, dan tak jarang orang
langsung mengonsumsinya untuk membuat camcau.
Cara membuatnya sangat mudah seperti yang biasa dilakukan nenek
moyang kita. Yakni cuci daun cincau yang dipetik dari tangkai, direndam
dalam air, diremas-remas, kemudian didiamkan selama 24 jam (sampai
terbentuk agar-agar). Tujuan mendiamkan semalam adalah untuk memberi
kesempatan pada hidrat arang mengikat air sebanyak-banyaknya
Matikan Kanker
Cincau disebutkan sangat baik dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan ini
sangat kaya mineral terutama kalsium dan fosfor. Cincau juga baik
dikonsumsi bagi orang yang sedang menjalani diet karena rendah kalori,
namun tinggi serat. Cincau dipercaya mampu meredakan panas dalam,
sembelit, perut kembung, demam, dan diare. Sedangkan serat bermanfat
untuk membersihkan organ pencernaan dari zat karsinogen penyebab kanker.
Daun cincau hijau mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida. Zat
ini bermanfaat untuk mengendurkan otot. Senyawa lain seperti
isokandrodendrin dipercaya mampu mencegah sel tumor ganas. Cincau juga
mengandung alkaloid bisbenzilsokuinolin dan S,S-tetandrin yang
berkhasiat mencegah kanker pada ginjal, antiradang, dan menurunkan
tekanan darah tinggi.
Tak salah memang, terbukti lewat penelitiannya, Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi IPB membenarkan bahwa cincau mengandung antioksidan dan
mampu mematikan sel kanker. Hasil penelitian membeberkan, pemberian
ekstrak daun cincau, khususnya cincau hijau pada tikus percobaan
terbukti dapat membunuh sel tumor secara mengagumkan.
Potensi cincau juga diuji dengan cara dipaparkan pada empat jenis sel
kanker, yaitu sel kanker darah (leukemia), kanker mulut rahim, paru,
dan payudara. Ekstrak daun cincau ternyata mampu secara mengagumkan
membunuh sel kanker darah (leukemia) sebesar 55-90 persen. Sementara
kemampuan cincau membunuh sel kanker lain sekira 60 persen. Hal ini
menunjukkan cincau hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel
kanker. Selain itu, ternyata cincau hijau juga mampu menyingkirkan
senyawa-senyawa berbahaya pemicu kanker.
Kini, manfaat cincau terhadap kanker sedang menjadi perhatian para
peneliti. Cincau hijau dipastikan mengandung klorofil, zat yang memberi
warna hijau pada daun. Banyak literatur menyebutkan klorofil sebagai zat
antioksidan, antiperadangan, dan antikanker. Masih banyak penelitian
dilakukan atas khasiat cincau ini, baik cincau hitam maupun hijau. Tak
ada salahnya, sembari menunggu hasil yang lebih meyakinkan, kita
mengonsumsi cincau yang cukup murah ini.
Di balik warnanya yang hitam pekat, cincau menyimpan banyak khasiat,
termasuk meredakan panas dalam. Kandungan karbohidrat, kalsium, fosfor,
vitamin (A, B1, C), air, yang cukup banyak membuat cincau dipercaya
sebagai alternatif untuk menghilangkan panas dalam.
Keluhan sakit perut, mual, dan gangguan pencernaan juga bisa reda
berkat cincau. Makanan penghilang dahaga nan menyegarkan ini juga
bermanfaat untuk kesehatan karena ada kandungan serat larut air (soluble
dietary fiber).
Di dalam tubuh, serat larut air dapat mengikat kadar gula dan lemak,
sehingga bermanfaat untuk mencegah penyakit seperti diabetes melitus,
jantung, dan stroke.
Masyarakat Indonesia sudah lama mempercayai cincau untuk mengatasi
berbagai penyakit. Cincau ini dapat dikonsumsi dalam bentuk agar-agar.
Cincau agar-agar berasal dari daun cincau yang diremas-remas dan
dicampur air matang. Air campuran itu akan berwarna hijau. Setelah
disaring dan dibiarkan mengendap, akan terdapat lapisan seperti
agar-agar yang berwarna hijau.
Selain daun, akar tanaman cincau juga bisa dimanfaatkan. Daun
segarnya dapat digunakan untuk mengobati radang lambung, tifus, dan
penyakit usus.
Daunnya dicuci dan ditumbuk hingga lumat, lalu dicampur air matang.
Campuran itu disaring dan didiamkan sampai mengental. Tambahkan gula dan
diminum sehari tiga kali.
Sementara itu, rimpang dari tanaman cincau ini dapat mengatasi demam.
Irisan rimpangnya direbus dengan air, lalu diperas. Selain direbus,
rimpangnya bisa diseduh dengan air panas lalu disaring dan diminum. Dari
berbagai sumber.
Baca lainnya:
Aneka Resep Makanan & Minuman,